Submitted by meilia on
SUNGAILIAT, 17 Juni 2025 –
Menjawab tantangan zaman dalam penguatan budaya literasi yang adaptif dan berbasis teknologi, Dinas Pendidikan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung melalui Cabang Dinas Pendidikan Wilayah II Kabupaten Bangka menyelenggarakan Workshop MELISA (Membangun Ekosistem Literasi Sekolah) dan E-Library. Kegiatan ini dilaksanakan selama dua hari, 17–18 Juni 2025, bertempat di Aula SMKN 1 Sungailiat, dengan peserta dari unsur pengawas sekolah, kepala sekolah, guru, dan pustakawan jenjang SMA, SMK, dan SLB.
Plt. Kepala Cabang Dinas Pendidikan Wilayah II, Heru, S.Si., M.Pd., dalam laporan pembuka menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari strategi membangun literasi sekolah secara sistemik dan berkelanjutan. “MELISA hadir untuk menumbuhkan budaya baca, berpikir kritis, dan literasi digital yang merata. Kami juga mengenalkan platform e-library sebagai solusi literasi digital yang mudah diakses, cepat, dan kaya referensi,” ujar Heru.
Workshop ini menghadirkan narasumber nasional, di antaranya Tim Indocamp yang menyampaikan praktik baik literasi sekolah penggerak, serta perwakilan Perpustakaan Nasional RI yang memaparkan arah kebijakan nasional transformasi perpustakaan digital di lingkungan pendidikan.
Dalam sambutan pembukaannya, Plt. Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Darlan, S.Pd., MM., menyampaikan apresiasi atas terselenggaranya kegiatan tersebut sebagai langkah strategis menjawab tantangan pendidikan abad ke-21.
“Di era informasi yang serba cepat, kemampuan literasi bukan hanya soal membaca buku, melainkan kemampuan memahami informasi, berpikir kritis, berkolaborasi, dan berinovasi,” ungkap Darlan.
Ia menambahkan bahwa penguatan literasi harus menjadi arus utama dalam pengelolaan pendidikan. “Melalui literasi, kita bangun karakter siswa yang tahan banting terhadap hoaks, mampu memilah informasi, dan terus belajar sepanjang hayat. Sekolah tidak lagi cukup hanya menyediakan buku, tetapi harus membuka akses digital yang luas dan inklusif,” tegasnya.
Lebih lanjut, Darlan mengajak seluruh pengawas sekolah. kepala sekolah, guru, dan pustakawan untuk menjadi agen perubahan di satuan pendidikan masing-masing. “Saya berharap MELISA dan e-library tidak hanya menjadi kegiatan seremonial satu-dua hari. Jadikan ini pijakan menuju transformasi sekolah sebagai learning hub—pusat belajar yang menyenangkan, inklusif, dan adaptif terhadap perkembangan zaman.”
Ia juga menekankan bahwa keberhasilan budaya literasi bergantung pada sinergi semua unsur—pemerintah, sekolah, keluarga, dan komunitas. “Jika kepala sekolah konsisten memberi arah, guru menjadi fasilitator aktif, pustakawan kreatif, dan orang tua mendukung, maka budaya literasi bukan hanya slogan, melainkan realitas di setiap kelas dan sudut sekolah.”
Workshop ini menjadi bagian dari program prioritas pendidikan provinsi dalam memperkuat ekosistem literasi digital dan pemanfaatan perpustakaan sebagai pusat pembelajaran yang relevan, kontekstual, dan berbasis teknologi.