Submitted by saprul on
KOBA - Pelajar dari Indonesia khususnya Provinsi Bangka Belitung kembali meraih medali perunggu atau bronze di tingkat Internasional melalui ajang ASEAN Science Student Project Competition (ASPC) yang diselenggarakan di Thailand. Pelajar tersebut bernama Ucok dan Citra Mudita yang di bimbing oleh Ardian Sufandi, S.Pd Pembina KIR SMKN 2 Koba dan Muhammad Ridwan Somad dari Dinas Lingkungan Hidup Bangka Belitung. Untuk ikut dalam perlombaan penelitian tingkat internasional ASPC ini tidak semuda membalik telapak tangan ucok dan citra 5 bulan sebelumnya tepatnya pada 24-25 Februari 2017 harus bersaing melawan 125 projek penelitian peserta dari 25 Provinsi di Indonesia dan tim Ucok Menyabet Medali Silver sehingga mereka layak untuk melanjutkan dalam perlombaan tingkat internasional yaitu ASPC.
Dalam perlombaan ASPC (ASEAN Science Students Project Competition) yang di selenggarakan di Thailand pada tanggal 22-28 Juli 2017 kemarin tim Ucok mengangkat penelitian atau temuannya berupa “Komposisi Pengeleloan Limbah Kotoran Kelelawar, Clay Pasca Penambangan Timah, Abu boiler dan Limbah Fiber Sawit sebagai Pengganti Semen pada Berbagai Kadar Perekat Produk bangunan Tahan Gempa”. Di ajang ASPC (ASEAN Science Students Project Competition ) Bidang Ilmu Biologi kedua pelajar ini bersaing dengan pelajar yang berada di negara ASEAN antaranya ialah negara Singapura, Thailand, Laos, Filipina, Vietnam dan Malaysia, yang mana pesertanya adalah pelajar bidang ilmu pengetahuan alam kecuali perwakilan Indonesia yaitu tim ucok dan citra yang hanya bersekolah di SMKN 2 Koba. Walaupun mereka bersekolah di SMKN 2 Koba Jurusan Akuntansi tidak mematahkan semangat mereka untuk yakin bisa bersaing dan menang, hal ini disebabkan mereka yakin bahwa di sekolah mereka ada organisasi Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) yang telah baru berdiri sekitar 3 tahun yang lalu dan mampu menoreh prestasi tingkat kabutan 3 prestasi, provinsi 3 prestasi, nasional sebanyak 6 kali prestasi, dan Internasional 1 kali dibidang penelitian ilmu alam dan lingkungan hidup. Melalui sistem pendidik ekskul yang masif dan berkesinambungan serta berprinsip pada hobi, menjadikan guru pembimbing Ardian Sufandi jurusan Administrasi Perkantoran yang sebelumnya sejak kuliah telah bergelut dibidang penelitian IPA dan lingkungan, dibantu dengan Muhammad Ridwan Somad dinas Lingkungan Hidup provinsi babel serta ditambah lagi dengan kepala Sekolah Rusdianto yang memiliki segudang prestasi serta berkompetensi dalam bahasa inggris menjadikan ucok dan citra dengan santainya menjalani serangkaian kegiatan perlombaan ASPC di Thailand.
Dalam kegiatan ASPC jumlah projek yang menjadi finalis adalah 50 projek penelitian, menurut para dewan juri dari beberapa negara yang sudah memiliki gelar profesor dan doktor mereka menganggap walaupun peserta berasal dari pelajar yang setara dengan sekolah menengah atas, namun penelitian mereka tersebut sudah menggunakan metodologi penelitian setara dengan lulusan S3 dan memiliki kebaruannya masing-masing serta kelengkapan data yang akurat. Inovasi, kreativtias dan hal yang terbarukan menjadi point utama dalam penilaian ASPC ini, hal ini yang menjadikan pada ajang itu juara 1 disabet oleh negara Thailand dengan judul ”A Novel Sensor-Based Device to Rapidly Diagnose Multi-Drug Resistant Tuberculosis” dan Juara 2 disabet oleh negara gajah putih juga dengan judul penelitian “The Studying Antibacterial Property of Extract from Thai Herbs for Developing Hydrogel Dressing” dan Juara 3 disabet oleh negara Indonesia yaitu Ucok dengan judul ”The Composition of Waste Management Bats Dropping, Clay After Tin Mining, Ash Boiler and Fiber Wasth Palm Oil As a Subtitute for Cement in Various Levels of Eartquake Resistent Builiding Adhesive Products”. Walaupun Ucok Juara 3 namun itu adalah Juara 1 bagi mereka karena mereka sudah mengalahkan Sekolah Menengah Atas Jurusan IPA di Indonesia dan Negara Internasional ASEAN.
Alasan mereka mengangkat penelitian ini karena kedua pelajar ini prihatin terhadap isu lingkungan terutama pada clay pasca penambangan timah yang apabila musim hujan menjadikan air pada aliran sungai menjadi keruh dan berwarna kecoklatan sehingga tidak layak dikonsumsi. Disisi lain masalah limbah pabrik kelapa sawit yang saat ini belum terpecahkan terutama pada fiber sawit dan abu boiler cangkang sawit menjadikan peluang dalam material objek penelitian yang dilakukan ucok. Kotoran kelalawar salah satu hal yang menjadi sumber penyakit namun setelah dilakukan penelitian dengan beberapa metode menjadi kotoran tersebut tidak menimbulkan sumber penyakit dan aman untuk dijadikan bahan pelengkap dalam pembuatan project penelitian mereka berupa semen. Walaupun keterbatasan dana bukan penghalang untuk mengukir prestasi dan penelitian ucok diakui oleh negara internasional. Melalui ajang ini juga ucok sangat bangga telah memperkenalkan tentang Bangka Belitung di mata internasional dari masalah lingkungan penambangan timah, perkebunan kelapa sawit sampai pada kebudayaan tarian dan pakaian adat provinsi Bangka Belitung. Hal ini disebabkan dalam kegiatan ASPC ini diselipkan dengan kegiatan maker challange, dan Cultur Budaya di tiap negara.