Bocah Loper Koran Terdaftar dil Sekolah Paket A

BANGKAPOS.COM, BANGKA--Yusuf begitu bersemangat menyimak LKS IPA yang ada di meja belajarnya, begitu pula dengan Ari dan ketiga kawannya. Pada Minggu (9/2/2014) pagi ini mulai pukul 08.00 WIB kelima bocah yang sehari-hari menjadi loper koran sudah terdaftar menjadi siswa paket A setara SD di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Kurnia,  di Jl KH Abdul Hamid Pangkalpinang  (depan SD Muhammadiyah).

Selain Yusuf CS, ada dua loper lainnya yang belajar di kelas paket B atau setara SMP. Ari, yang tinggal di Pasir Putih mengaku senang bisa lanjut sekolah. Sebab sudah setahun ini ia tidak bersekolah.

"Seneng lah, bisa belajar lagi, ada guru juga," ujar Ari kepada bangkapos.com, Minggu tadi.

Ari berhenti sekolah saat duduk di kelas 4 SD. Jarak sekolah yang jauh dari rumah menjadi alasannya kenapa putra dari Dayang dan Podi ini berhenti sekolah. "Waktu itu sekolahnya jauh," Ari beralasan.

Begitupun dengan Yusuf, bocah berambut agak pirang ini mengaku sangat bersemangat belajar. Saat guru menyampaikan materi bahasa Indonesia, Yusuf yang duduk paling depan menyimak dengan baik, bahkan kerap menjawab pertanyaan yang dilontarkan guru.
"Siswa paket A ini lebih tertib, guru yang mengajar juga senang," ujar Pimpinan PKBM Kurnia, Nurmala.

Ia menjelaskan,  siswa paket A berjumlah 24 orang dan  paket B 50 orang. Kurikulum pendidikannya mengikuti pendidikan kesetaraan. Selain jadwal pertemuan tatap muka setiap minggu, siswa juga akan mendapatkan jadwal tutorial dan tugas mandiri.

"Kami berusaha membantu anak-anak ini agar bisa belajar dengan, lulus, sehingga mereka bisa melanjutkan ke jenjang lebih tinggi lagi, bahkan mereka bisa masuk ke lembaga pendidikan formal," jelas Nurmala.

Berdiri sejak tahun 2001, PKBM telah meluluskan siswa paket A sebanyak 300 orang, paket B 1000 orang dan paket C diatas 3000. PKBM Kunia memiliki 19 guru yang kesemuanya jebolan strata satu.

"Satu harapan kita agar siswa paket ini punya kesadaran sendiri untuk  giat belajar, karena lumayan banyak anak-anak yang tidak masuk, padahal materi yang diajarkan penting sebagari bahan ujian nantinya," ujar Nurmala yang mengaku mengajar siswa paket dibutuhkan frekuensi kesabaran yang tinggi.

Penulis: 
wartawan Bangka Pos, Khamelia
Sumber: 
bangkapos.com
Kategori Informasi: