Pendidikan merupakan sektor paling strategis dalam pembangunan nasional, hal ini disebabkan karena peningkatan kualitas manusia yang menjadi subyek pembangunan hanya dapat dicapai melalui pendidikan. Untuk itu pendidikan menjadi kunci penting untuk menghasilkan manusia yang berkualitas. Selanjutnya, dengan sumber daya manusia yang berkualitas, maka pembangunan nasional akan dapat diwujudkan dengan berkualitas yang muaranya adalah kesejahteraan masyarakat.
Tantangan globalisasi dan era persaingan saat ini saat ini menuntut adanya pembenahan atau perbaikan dalam pola pendidikan. Untuk itu, pendidikan yang paling sesuai untuk menghadapi tantangan globalisasi adalah pendidikan yang berorientasi pada dunia industri dengan penekanan pada pendekatan pembelajaran dan didukung oleh kurikulum yang sesuai.
Sejak bergulirnya desentralisasi pendidikan, sekolah memiliki peran dan fungsi yang sangat besar dalam merencanakan dan mengembangkan mutu pendidikan. Sehingga sudah sepantasnya jika segala kebijakan yang terkait dengan pengelolaan pendidikan bertumpu pada sekolah dan masyarakat sebagai stakeholder. Sekolah diposisikan sebagai suatu lembaga yang berada di tengah-tengah masyarakat yang memiliki ciri khas tersendiri, yang diharapkan memiliki basis manajemen yang kuat. Maka dari itu, sekolah perlu membangun sinergi dengan dunia industri, salah satunya dengan membuat program kerja sama kemitraan antara sekolah menengah kejuruan (SMK) dan dunia industri. Jika fungsi-fungsi strategis stakeholder sekolah benar-benar dijalankan, maka kerja sama kemitraan antara sekolah dan masyarakat dalam pendidikan akan saling menunjang.
Kerja sama kemitraan antara sekolah kejuruan dengan dunia industri dalam pengembangan kualitas dan relevansi pendidikan merupakan suatu paradigma yang memperlihatkan hubungan antara beberapa konsep penting, tujuan, dan proses dalam tindakan pengorganisasian masyarakat yang difokuskan pada upaya peningkatan kualitas dan relevansi pendidikan terhadap kebutuhan dunia industri. Konsep utama dalam model tersebut adalah kemitraan, nilai dan kepercayaan yang dianut, pengetahuan, partisipasi, kapasitas dan kepemimpinan yang didasarkan pada pelaksanaan prinsip-prinsip kepercayaan dan manfaat bersama. Kerja sama antara sekolah kejuruan dan dunia industri dan pihak-pihak terkait dengan masyarakat digambarkan dalam bentuk garis hubung antara komponen-komponen yang ada. Hal ini memberikan pengertian perlunya upaya kolaborasi dalam mengkombinasikan potensi masing-masing yang dibutuhkan untuk mengembangkan strategi peningkatan kualitas dan relevansi pendidikan.
Perkembangan penyelenggaraan pendidikan kejuruan hingga saat ini telah menunjukkan hasil yang cukup menggembirakan. Namun dalam penyelenggaran program pendidikan kejuruan masih mengalami beberapa kendala, sehingga sebagai salah satu jalur unggulan dalam meningkatkan kompetensi dan daya saing sumber daya manusia masih diperlukan beberapa upaya pengembangan.
Harus diakui bahwa hingga kini pendidikan kejuruan masih menghadapi kendala kesepadanan kualitatif dan kuantitatif. Kesepadanan kualitatif terjadi karena perkembangan teknologi di industri yang sangat cepat sehingga terjadi kesenjangan kompetensi yang dimiliki lulusan sekolah menengah kejuruan dengan kompetensi yang dibutuhkan oleh dunia industri. Sementara kesepadanan kuantitatif terjadi karena adanya ketidakseimbangan jumlah lapangan kerja yang ada dengan jumlah output pendidikan yang mencari pekerjaan. Beberapa masalah yang sering muncul ke permukaan antara lain, keterbatasan sarana dan fasilitas yang dimiliki oleh pendidikan kejuruan masih jauh ketinggalan dengan kondisi di industri.
Bagi pendidikan kejuruan kerja sama yang dibangun dengan dunia industri merupakan suatu hal yang sangat tepat khususnya dalam mengembangkan resources. Paling tidak, dengan adanya kerja sama antara pendidikan kejuruan dan industri diharapkan terdapat pemanfaatan fasilitas. Sementara itu kerja sama yang dibangun antara sekolah kejuruan dengan industri memiliki manfaat cukup besar bagi kedua belah pihak diantaranya yaitu pihak sekolah akan mendapatkan peningkatan peralatan dalam kegiatan praktek, sedangkan pihak industri mendapatkan calon tenaga teknisi yang kompeten sesuai dengan bidangnya.
Program kerja sama juga sangat dianjurkan oleh pemerintah melalui Kementerian kebudayaan dan Pendidikan Dasar dan Menengah, dimana dalam menghadapi pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN pada 2015 menuntut para pekerja memiliki keahlian dan sertifikasi sebagai bukti menguasai keahlian tertentu yaitu dengan mewajibkan setiap lulusan sekolah menengah kejuruan pada ujian nasional 2015 dulu untuk memiliki sertifikat keahlian.
SMK sebagai lembaga pendidikan vokasi yang menyiapkan peserta didik untuk bekerja dalam bidang tertentu mempunyai tujuan khusus seperti yang tertuang dalam undang-undang, yaitu menyiapkan peserta didik agar menjadi manusia produktif, mampu bekerja mandiri, mengisi lowongan pekerjaan yang ada di dunia usaha dan dunia industri sebagai tenaga kerja tingkat menengah sesuai dengan kompetensi dalam program keahlian yang dipilihnya.
Tenaga kerja yang memiliki penguasaan kompetensi dan relevansi keahlian dapat menunjang produktivitas kerja. Tenaga kerja seperti itu menjadi aset ekonomi nasional yang dapat bersaing (kompetitif) dalam pasar bebas dan proses industrialisasi, baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
Maka dari itu, keberhasilan SMK selain dapat dilihat dari keberhasilan siswa di sekolah dengan nilai dan prestasi yang baik, juga dapat dilihat dari keberhasilan setelah lulus atau siswa telah menyelesaikan pendidikannya. Keberhasilan setelah lulus adalah yang pertama yaitu: keberhasilan atau penampilan lulusan setelah berada di dunia kerja, seperti proporsi lulusan yang mendapat pekerjaan sesuai bidang keahlian, jarak waktu tunggu, dan perolehan pendapatan. Yang kedua yaitu: jumlah lulusan yang melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, sedangkan yang ketiga yaitu siswa yang berhasil berwirausaha. Keberhasilan pendidikan kejuruan diukur berdasarkan jumlah lulusan yang dapat bekerja di DUDI, melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi ataupun berwirausaha mandiri. Sehingga dengan adanya kerja sama diharapkan SMK dapat meluluskan siswa-siswa unggul dan siap masuk dunia kerja, sehingga mereka bisa memberikan kinerja terbaiknya di industri-industri yang ada. Sehingga kesan yang selama ini tertanam di benak masyarakat bahwa siswa lulusan dari SMK merupakan penyumbang pengagguran tertinggi di Indonesia dapat terpatahkan.